Koperasi kecil di tengah kebun sawit itu bergeliat cepat. Tidak terduga. Berbagai unit usaha lahir, lalu menggurita di tangan anak-anak muda. Tekad kebersamaan pun berbuah sejahtera.
Juhardi (35) kini bisa melangkah ringan. Ia dan 115 anggota Kelompok Tani Sido Mulyo berhasil lepas dari jerat tengkulak. Setiap membutuhkan pinjaman uang, mereka tak lagi pusing. Tinggal mampir ke Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mukti di Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, Jambi, pencairan pinjaman pun cepat.
Dalam enam tahun, kehidupannya yang dulu terjerat utang, kini berbalik. Juhardi sukses membangun usaha jasa angkut hasil panen sawit. Belakangan, ia pun merintis usaha penyaluran pupuk. ”Mau membangun usaha apa saja, saya tak pusing lagi memikirkan dari mana modalnya. Cukup ke koperasi,” kata Juhardi, Sabtu (6/7/2019).
KUD Karya Mukti bagaikan bisnis serba ada. Berbagai kebutuhan terpenuhi. Beragam unit usaha tumbuh pesat. Ada minimarket, usaha fotokopi dan penjualan alat tulis kantor, sablon, toko bangunan, penjualan bibit sawit, pabrik pupuk organik, usaha isi ulang air minum, serta jasa penginapan.
Karya Mukti tumbuh pesat di tengah keraguan khalayak pada peran koperasi. Sejak 1986, dibentuk banyak koperasi di wilayah itu, bersamaan datangnya transmigran. Namun, hampir tak satu pun berkembang sesuai dengan harapan. KUD Karya Mukti pun sempat mati suri selama enam tahun.
Sepuluh tahun kemudian, pemerintah menggulirkan program Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA), melibatkan peran petani plasma dan perusahaan perkebunan sawit. Dengan harapan hidup lagi, 13 koperasi digabung.
Selanjutnya, KUD Karya Mukti ditunjuk menjalankan dan menyelesaikan proses kredit kebun plasma bagi 5.000 petani setempat, anggota 13 koperasi tersebut.
Proses penyelesaian kredit tentulah memakan waktu tak sebentar. Barulah tahun 2011 penyelesaian kredit seluruh kebun plasma petani tuntas.
Pengembangan usaha
Selesai dengan urusan kredit sawit, Riswanto (49), yang ditunjuk memimpin koperasi, mulai memikirkan pengembangan usaha. Ia merangkul anak-anak muda. Awalnya, mereka diberdayakan membangun usaha jasa pembayaran listrik daring. Usaha itu ternyata diminati. Selanjutnya, mereka membuka toko serba ada dan penjualan pupuk. Usaha itu pun berjalan lancar.
Dari sanalah ide-ide membangun sejumlah unit usaha baru terus mengalir. Sejak 2011, dibentuk 18 unit usaha. Semuanya tumbuh pesat. Selain usaha produksi, pemasaran, dan jasa layanan, berkembang pula layanan keuangan. Ada simpanse alias simpanan untuk anak sekolah, ada pula tabungan anggota koperasi(tabakop).
Tak disangka, perputaran uang bergerak cepat seiring melesatnya roda ekonomi desa. Omzet koperasi rata-rata di atas Rp 100 miliar per tahun! Manajer Unit Simpan Pinjam KUD Karya Mukti, Wahid Mizudin (30), menyebut transaksi simpan-pinjam sekitar Rp 100 juta per hari. Adapun nilai tabungan masyarakat yang ditampung di koperasi Rp 11 miliar. Itu menyiratkan kesejahteraan yang bertumbuh.
Bertambahnya unit usaha menyerap lebih banyak tenaga kerja. Saat ini, 45 anak muda berusia 20-35 tahun menggerakkan unit-unit usaha. Mereka datang dari berbagai latar belakang pendidikan, setingkat SMA hingga kuliah. ”Sekarang ini sudah mengantre 80-an anak muda ingin bekerja di koperasi,” kata Riswanto.
Mengetahui besarnya minat itu, pengurus koperasi berencana membangun unit usaha terbaru. Masih dirintis usaha jahit dan bordir, kuliner, serta apotek. Bulan Agustus, 15 pemuda desa yang mendaftar akan mengikuti pelatihan menjahit dan bordir. Seusai pelatihan, barulah mereka terjun membangun usaha itu.
Sumber daya manusia
Riswanto menyadari, setiap usaha memerlukan sumber daya manusia. Oleh karena itu, 10 persen dana sisa hasil usaha koperasi dialokasikan sebagai investasi membantu pendidikan anggota ataupun keluarganya. Sejumlah pakar kerap didatangkan melatih keterampilan atau manajemen. Tak jarang, pengurus koperasi dikirim belajar ke luar daerah.
Dunia usaha juga dilibatkan. Salah satu anak usaha PT Astra Agro Lestari, yang membangun perkebunan plasma di wilayah itu, beberapa kali mendatangkan ahli. Petani anggota koperasi ditingkatkan kemampuan budidayanya.
Bergeraknya roda ekonomi, secara perlahan meredupkan kehadiran tengkulak. Berutang ke koperasi jauh lebih mudah dan ringan. Peran nyata koperasi itu pun menarik perhatian dunia. Koperasi tersebut menerima penghargaan sebagai Koperasi Berprestasi tahun 2013 dan 2016. Tahun ini, memperingati Hari Koperasi, KUD Karya Mukti kembali menerima penghargaan serupa.
Riswanto membuka kunci sukses koperasi yang tak lepas dari dua hal: kebersamaan dan keterbukaan kepada semua anggota. Jika keduanya diterapkan, ribuan koperasi di negeri ini akan hidup dan berkembang. Tak tenggelam seperti sekarang. ”Fondasi koperasi pasti kuat,” ujarnya. (Irma Tambunan)
Source : Kompas