Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Setiap pengelolaan budidaya kelapa sawit berkaitan erat dengan hama yang ada di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pengelolaan hama menjadi salah satu prioritas bagi Perseroan dalam menjalankan bisnis prosesnya. Dalam menjaga hama dan penyakit kelapa sawit, Perseroan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Konsep PHT mampu menekan populasi hama secara berkelanjutan serta tidak memberikan ancaman keselamatan manusia, hewan dan lingkungan. Secara menyeluruh bahwa pengendalian hama terpadu adalah kombinasi pengendalian hayati serta pengendalian teknis. Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami dari predator, parasitoid maupun entomopatogen yang secara alami akan menekan populasi hama sehingga terjadi keseimbangan dan tidak mencemari lingkungan. Pengendalian teknis akan dijalankan sebagai alternatif terakhir apabila pengendalian alami dan hayati tidak mampu menekan populasi hama secara signifikan. 

Pemanfaatan teknologi pemetaan digital kami terapkan dalam sistem pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara dini yang dikenal dengan “Early Warning System” (EWS) dengan tujuan diperoleh data mengenai populasi hama, penyakit, dan keberadaan musuh alami secara cepat dan akurat. Hal ini sebagai dasar upaya pengambilan keputusan untuk melakukan pengendalian lebih lanjut atau tidak.

Dalam menekan serangan OPT, Perseroan melakukan upaya pengembangan dan introduksi musuh alami pada areal yang berpotensi terjadinya serangan. Perseroan memanfaatkan serangga predator (Sycanus spp.) untuk menekan populasi hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS), melakukan pengembangbiakan cendawan Metarhizium sp. untuk hama kumbang badak, melakukan preventif terhadap serangan Ganoderma dengan aplikasi cendawan antagonis Trichoderma sp. dan mengembangkan Burung Hantu sebagai predator alami hama tikus.

Serangga Predator Sycanus spp. sedang mempredasi ulat api jenis Setothosea asigna pada landscape  perkebunan kelapa sawit

Introduksi musuh alami berupa serangga predator (Sycanus spp.) bersumber dari areal konservasi agensia hayati (75%) dan hasil pengembangbiakan mass rearing (25%). Untuk mendukung perkembangbiakan dan konservasi serangga predator dan parasitoid hama UPDKS Kami melakukan upaya dengan perbanyakan tanaman bermanfaat yang merupakan rumah bagi kehidupan serangga predator/parasitoid di lapangan. Adapun beberapa jenis tanaman yang digunakan dalam konservasi ini adalah Antigonon leptopus, Turnera subulata, Turnera ulmifolia, Euphorbia heterophila, Nephrolepis sp., Celosia sp., dan Cratoxylum spp.

Areal Konservasi Parasitoid/Predator Hama UPDKS

 

 

 

Halaman Terkait

null

Inisiasi Konservasi

Perusahaan berkomitmen untuk tidak melakukan pengembangan pada areal yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Stok Karbon Tinggi (SKT)

null

Pengelolaan Gambut

Pengelolaan lahan gambut dalam konsesi dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.

null

Pencegahan Kebakaran Lahan

Kami berkomitmen tidak akan ada penggunaan api untuk membuka lahan baru, penanaman kembali, ataupun pengembangan lainnya.

null

Pengelolaan Gas Rumah Kaca (GRK)

Astra Agro berkomitmen untuk melakukan identifikasi dan pemantauan seluruh sumber emisi gas rumah kaca (GRK) pada semua kegiatan operasional.

null

Efisiensi Energi

Sumber energi yang digunakan Perseroan terdiri dari energi baru terbarukan (EBT) dan non energi baru terbarukan (Non EBT).

null

Pengelolaan Limbah & Air

Pengelolaan dan pemanfaatan limbah dilakukan secara mandiri oleh Perseroan sesuai konsep 5R (reduce, reuse, recycle, refine & retrieve to energy).