Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya.
Jakarta, CNBC Indonesia- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat adanya penurunan harga sawit sepanjang 2023 jika dibandingkan 2022.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono mengatakan saat ini Harga minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) berada di kisaran USD 800-900 per ton. Angka ini meski tidak setinggi 2022 namun tidak terlalu rendah, sehingga tidak merugikan pengusaha.
Pada 2024, GAPKI menyoroti ancaman perlambatan ekonomi China akan menjadi tantangan bagi industri sawit RI mengingat Negeri Tirai Bambu sebagai negara tujuan utama ekspor CPO RI. Selain itu berlanjutnya perang Rusia-Ukraina yang diikuti dengan perang Hamas-Israel hingga kampanye hitam terkait produk sawit juga dikhawatirkan dapat menekan sektor sawit di tahun mendatang.
Di sisi lain, GAPKI optimistis produksi sawit lokal mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri baik untuk pangan maupun Biodiesel yang dikembangkan ke B40. Saat ini produksi mencapai 48 juta ton sementara kebutuhan dalam negeri baik untuk konsumsi maupun Biodiesel masih di kisaran 26 juta ton.
Seperti apa target, tantangan dan prospek industri CPO 2024? Selengkapnya simak dialog Shafinaz Nachiar dengan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Kamis, 28/12/2023)
Sumber: cnbcindonesia.com