JAKARTA – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives lanjutkan penguatan pada perdagangan Senin (22/8/2022). Dengan demikian, harga CPO mengalami penguatan dalam dua hari perdagangan berturut-turut. Setelah pada perdagangan Jumat (19/8/2022) juga mengalami penguatan.
Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Senin (22/8/2022), kontrak berjangka CPO untuk pengiriman September 2022 menguat 73 Ringgit Malaysia menjadi 4.163 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Oktober 2022 naik 52 Ringgit Malaysia menjadi 4.153 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak pengiriman November 2022 terkerek 67 Ringgit Malaysia menjadi 4.160 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Desember 2022 terdongkrak 77 Ringgit Malaysia menjadi 4.180 Ringgit Malaysia per ton.
Serta, kontrak pengiriman Januari 2023 meningkat 82 Ringgit Malaysia menjadi 4.214 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Februari 2023 melesat 72 Ringgit Malaysia menjadi 4.253 Ringgit Malaysia per ton.
Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan, pergerakan harga CPO pada pekan ini akan bergantung pada rilisnya data pasar pada awal minggu ini. Sebab, data tersebut menjadi indikator baik untuk melihat gambaran permintaan maupun pasokan.
Yoga menambahkan, pelaku pasar masih akan memantau beberapa indikator pada pekan ini, antara lain rilisnya data ekspor CPO Malaysia untuk periode 1-25 Agustus, permasalahan tenaga kerja untuk sektor perkebunan sawit Malaysia, program biodiesel Indonesia, situasi Covid-19 di Tiongkok, dan perkembangan situasi di pasar minyak nabati.
“Untuk pergerakan harga CPO pada pekan depan berpotensi menemui level resistance di kisaran harga 4.500 – 4.750 Ringgit Malaysia per ton. Apabila mendapat katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju level support di kisaran harga 3.750 – 3.500 Ringgit Malaysia per ton,” ungkap Yoga kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Untuk minyak kedelai, Yoga menyebut, berpotensi bergerak bearish terutama setelah pengumuman dari Amerika Serikat (AS) yang mengumumkan panen kedelai akan mencapai rekor. Berita tersebut meredam kekhawatiran akan gangguan pasokan yang terjadi di negara produsen utama, Brasil akibat cuaca buruk.
Selain itu, lanjut dia, jalur distribusi minyak nabati melalui Laut Hitam yang mulai kembali pulih juga turut menstabilkan harga minyak nabati. “Untuk pergerakan harga minyak kedelai pada pekan depan berpotensi menemui level resistance di kisaran harga US$ 67,50 – 70 per ton. Apabila mendapat katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju level support di kisaran harga US$ 62,50 – 60 per ton,” tutup Yoga.
Sumber: Investor.id