JAKARTA – PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) akan fokus menghabiskan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini untuk perawatan tanaman belum menghasilkan. Hingga semester I-2022, AALI berhasil merealisasikan belanja modal sebesar Rp 497 miliar dari total capex tahun ini sekitar Rp 1,5 triliun.
Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Astra Agro Lestari, Mario Casimirus Surung Gultom menjelaskan bahwa penyerapan capex tersebut meningkat 30% dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 382 miliar. Sebagian besar belanja modal akan dihabiskan untuk perawatan tanaman belum menghasilkan dari hasil replanting. Artinya, lanjut dia, tahun ini perseroan tidak menyiapkan anggaran untuk penanaman baru.
“Jadi, memang mayoritas capex kita sebenarnya digunakan untuk perawatan tanaman belum menghasilkan. Sedangkan hal-hal lainnya akan dibelanjakan untuk memperbarui unit-unit transportasi yang berumur di atas 10 tahun,” papar Mario dalam Workshop Wartawan Pasar Modal secara virtual, Rabu (10/8/2022).
Selanjutnya, capex tahun ini juga akan dimanfaatkan perseroan untuk melakukan perawatan infrastruktur dan peremajaan mesin-mesin. Adapun untuk perluasan bisnis, Mario menyebut, hingga sekarang perseroan belum berencana mengarahkan capex untuk pengembangan bisnis baru.
“Tapi kita akan berusaha. Tapi yang jelas, sampai saat ini kita belum ada rencana capex untuk pengembangan bisnis baru” ucap Mario.
Memasuki semester II-2022, perseroan berencana untuk mengurangi persediaan produksi yang berorientasi untuk dijual. Sebab, saat ini mayoritas tangki pabrik perseroan telah penuh. Karena itu, Mario belum berani memastikan perihal target kinerja AALI sampai akhir 2022.
“Tahun ini cukup kagok dengan adanya peraturan yang tidak stabil. Jadi kita agak susah menetapkan perkiraan (target kinerja) nanti karena semua tergantung dari harga. Sementara, operasional berjalan normal. Kalau misalnya kita sekarang bilang mau harga jualnya Rp 15.000, nanti bisa meleset juga. Jadi kami selalu membuat target itu pakai sensitivitas,” ungkap Mario.
Demikian pula, jika perseroan menginginkan harga jual semisal Rp 10.000, AALI akan mengantongi profit sekian termasuk jika harganya dibanderol Rp 15.000, maka profit yang diperoleh perseroan akan sekian. Namun yang jelas, Mario menegaskan kondisi saat ini tangki pabrik perseroan rata-rata sudah penuh.
“Jadi, strategi kami sekarang adalah untuk segera mengurangi persediaan untuk dijual supaya kita bisa beroperasi secara normal,” tutur Mario.
Mengacu pada ikhtisar performa keuangan Astra Agro hingga Juni 2022, emiten perkebunan dan pengolahan kelapa sawit Grup Astra ini berhasil membukukan pendapatan bersih naik tipis sebesar 1,2% menjadi Rp 10,9 triliun dibandingkan pendapatan bersih tahun lalu sebesar Rp 10,8 triliun.
Menurut Mario, kenaikan pendapatan bersih pada semester I-2022 tersebut didorong oleh naiknya harga CPO dan turunannya serta meningkatnya harga kernel.
“Harga CPO tahun ini naik mencapai 46% dari sebelumnya 10.274 per kilogram, sekarang menjadi 15.023 per kilogram. Tapi, pendapatan yang naik hanya 1,2% ini disebabkan oleh penurunan kuantitas di dalam penjualan kita. Itulah kenapa kenaikan harga itu tdiak sebanding dengan pendapatan bersih kita,” terang Mario.
Sementara dari laba operasional, perseroan mencatatkan penurunan sebesar menjadi Rp 1,1 triliun pada semester I-2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,6 triliun. Kendati begitu, dari sisi laba bersih, tahun ini perseroan membukukan kenaikan sebesar 25% dari semula Rp 649 miliar menjadi Rp 809 miliar.
Sumber: investor.id