Jakarta — Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan kebijakan mandatori biodiesel 30 persen atau B30 berhasil menghemat devisa negara sebesar Rp66,54 triliun.
Ia menjabarkan penghematan berasal dari pengurangan impor BBM, khususnya solar, yang mencapai 9,3 juta kilo liter pada tahun lalu. Penurunan itu merupakan efek kebijakan B30.
“Produk kita B30 campuran biodiesel sebanyak 30 persen dalam BBM pemanfaatannya 2021 mencapai 9,3 juta kilo liter dan kita bisa menghemat sejumlah Rp66,54 triliun,” ujar Arifin saat konferensi pers Kinerja ESDM 2021, Rabu (12/1).
Arifin menargetkan pemanfaatan B30 pada tahun ini bisa naik menjadi 101 juta kilo liter sehingga penghematan devisa dari pengurangan impor dapat meningkat.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Soerjaningsih memproyeksikan kebijakan B30 mampu menghemat devisa RI sebesar US$4,54 miliar atau setara Rp64,92 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS).
Ia mengatakan presentase pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) jenis B30 oleh badan usaha bahan bakar minyak (BU BBM) sebesar 97,89 persen dari total alokasi sebanyak 9,21 juta kiloliter yang ditetapkan pemerintah.
“Kepatuhan BU BBM juga semakin baik yaitu penyaluran B30 sebesar 94,17 persen terhadap total penyaluran minyak solar. Sementara potensi penghematan devisa mencapai US$4,54 miliar,” kata Soerjaningsih, Kamis (23/12).
Lebih lanjut Soerjaningsih menjelaskan pihaknya telah menetapkan 18 BU BBM yang akan mendapatkan alokasi B30. Totalnya sebanyak 10,15 juta kiloliter.
“Kami mengharapkan 18 BU BBM tersebut telah berkontrak dengan BU BBN dan dapat memaksimalkan pemanfaatan alokasi BBN sesuai dengan volume alokasi yang ditetapkan,” jelas Soerjaningsih.
Sumber: Cnnindonesia.com