JAKARTA – Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Kelapa Sawit/Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) melaksanakan program kedua untuk petani-petani kecil kelapa sawit berjudul Smallholders Outreach Program (SOP), sebuah program yang bertujuan menjadi jaringan komunikasi antar petani-petani kecil di negara negara penghasil dan pembudidaya kelapa sawit di tiga wilayah (Asia Pasifik, Central Amerika dan Afrika ) untuk membantu menyumbang pencapaian target keberlanjutan (SDG) sekitar tahun 2030.
Program ini dimulai pada tahun 2020 lalu yang ditargetkan kepada asosiasi petani-petani kecil kelapa sawit. Tahun ini ditargetkan adanya penambahan jumlah peserta. Pelaku-pelaku yang tertarik pada keberlanjutan minyak sawit, seperti pihak-pihak terkait dalam sektor kelapa sawit serta petani-petani kecil didorong untuk ikut serta dalam diskusi 3 hari yang dilakukan secara virtual yang dimulai pada hari Selasa, 2 November dan berakhir pada hari Kamis, 4 November 2021 lalu.
Program yang dilaksanakan lewat Zoom ini diikuti oleh 200 peserta di 3 zona waktu yang berbeda dari negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, India, Thailand, Sri Lanka, dan Filipina; negara- negara Amerika Tengah dan Amerika Latin seperti Brazil, Kolombia, Ecuador, Honduras, Perú, Kosta Rika, Meksiko,Nikaragua, dan Guatemala; serta negara-negara Afrika yaitu Ghana, Pantai Gading, Nigeria, Kamerun, Kongo, Madagascar, and Liberia.
Wakil Direktur Eksekutif CPOPC, Dupito Simamora mengungkapkan, bahwa SOP adalah program yang menjanjikan untuk meningkatkan taraf hidup petani-petani kecil dari negara-negara penghasil kelapa sawit.
Serta dalam upaya melawan tudingan yang tidak sesuai fakta mengenai kelapa sawit yang tampaknya menghilangkan aspek positif dari berjuta-juta petani kecil yang hidupnya sangat tergantung dari budidaya dan hasil kelapa sawit. “Negara-negara penghasil kelapa sawit untuk melawan tantangan-tantangan tentang kampanye anti kelapa sawit Bersama,” katanya dalam keterangan tertulis diterima InfoSAWIT, belum lama ini.
Sementara, Djono A. Burhan dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menyampaikan presentasi tentang prinsip-prinsip utama dari Praktik Baik Pertanian (GAP) dan sebuah video yang menunjukan cerita-cerita sukses petani-petani kecil kelapa sawit dari provinsi Riau sebagai daerah kebun kelapa sawit terluas di Indonesia.
Burhan menyebut, petani-petani kelapa sawit merupakan pahlawan-pahlawan ekonomi yang sebenarnya dan kelapa sawit merupakan komoditas yang menyatukan Indonesia karena Indonesia sangat tergantung pada komoditas ini. Beliau juga menekankan harapannya terhadap kaum-kaum milenial untuk tetap mengapresiasi kelapa sawit karena produk ini membawa masa depan yang baik untuk generasi muda.
Sedana diungkapkan, Adzmi Hassan dari Asosiasi Nasional Petani Kecil Malaysia (NASH) yang memaparkan tentang skema sertifikasi wajib yang ditanam di dalam negeri Malaysia yaitu Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) yang telah dibiayai oleh pemerintah untuk para petani kecil. juga berbagi kisah sukses tentang Praktik Baik Pertanian (GAP) dari petani-petani kecil kelapa
Kata Adzmi Hassan, di Malaysia juga menekankan bahwa GAP harus berorientasi pada masyarakat dan mudah diterapkan oleh petani daripada membebani mereka. GAP juga diharuskan ramah lingkungan serta mengandung nilai ekonomis. (T2)
Sumber: InfoSAWIT