Kelapa sawit telah menjadi komoditas strategis, tidak hanya dalam subsektor perkebunan dan sektor pertanian, tetapi juga dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan perkebunan sawit juga menghasilkan manfaat multiplier pada level nasional yang begitu besar baik terhadap peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, nilai tambah maupun output melalui pengembangan industri hilir.
Selain itu, perkebunan kelapa sawit juga memiliki kinerja yang hampir sama dengan hutan sehingga berperan penting bagi lingkungan. Melansir laporan PASPI Monitor, berikut tiga fungsi ekologis perkebunan kelapa sawit yang mirip dengan hutan.
1. Peran perkebunan sawit sebagai penyerap karbondioksida
Jika dibandingkan antara kelapa sawit dan hutan dalam kinerja fotosintesis, diketahui bahwa setiap hektare kebun sawit secara netto menyerap sekitar 64,5 ton karbondioksida setiap tahun dan menghasilkan oksigen sekitar 18,7 ton. Sementara, hutan secara netto menyerap sekitar 42,4 ton karbondioksida dan menghasilkan oksigen sekitar 7,1 ton.
Artinya, kemampuan perkebunan sawit dalam fungsi penyerapan karbondioksida dan produksi oksigen lebih lebih unggul dibandingkan hutan.
2. Peran perkebunan sawit dalam pemanenan energi surya
Dalam peran dan kinerja pemanenan energi, kebun sawit lebih unggul dibandingkan hutan, baik dalam efisiensi konversi energi radiasi yang lebih tinggi, yaitu 1,7 g/mj, sedangkan efisiensi hutan hanya sebesar 0,9 g/mj. Kebun sawit juga lebih unggul dalam aspek efisiensi fotosintesis, efisiensi konversi energi, incremental biomass, dan produktivitas bahan kering.
Sementara itu, hutan lebih baik dalam penyimpanan energi (biomass). Namun, jika yang diperlukan dalam pengelolaan kawasan hutan adalah bagaimana menghasilkan energi yang lebih efisien, menyerap karbondioksida yang lebih banyak dan menghasilkan oksigen yang lebih besar, perkebunan kelapa sawit menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut.
3. Peran perkebunan sawit dalam fungsi tata air
Dari sisi fungsi tata air, perkebunan kelapa sawit secara umum memiliki peran yang sama dalam fungsi konservasi dan hidrologis dibandingkan hutan. Perkebunan kelapa sawit yang memiliki siklus produksi yang cukup panjang, yakni sekitar 25 tahun (sejak ditanam sampai replanting), berarti fungsi konservasi dan hidrologis tersebut berlangsung setidaknya hingga 25 tahun. (Ellisa Agri)
Sumber: Wartaekonomi.co.id