PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) terus mengembangkan program digitalisasi pada tahun ini. Hal ini dilakukan untuk menjalankan operasional dengan tetap baik dan efisien, meskipun mobilitas terbatas di tengah pandemi Covid-19.
Investor Relation Astra Agro Lestari Fenny A Sofyan mengatakan, digitalisasi yang telah dikembangkan memungkinkan perseroan untuk mendapatkan data operasional dari site untuk dikeola di kantor pusat, baik dalam konteks proses kerja dengan menggunakan aplikasi sehingga dapat menjalankan akitivitas sesuai SOP.
Selain itu, data yang dihimpun dikumpulkan di Operation Centre of Astra Agro (OCA) untuk kemudian dikelola dan memudahkan management untuk mengambil keputusan secara lebih cepat berdasarkan analisa akumulasi data tersebut.
Fenny menambahkan, perseroan benar-benar fokus menggunakan proses monitoring melalui digitalisasi proses kerja, yang secara bertahap akan digitizing semuanya sejak panen, transport sampai pengelolahan di pabrik kelapa sawit (PKS).
“Tahun ini, kami akan memasuki massalisasi di proses perawatan, karena juga membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak dan tanpa bisa mengontrol produktifitasnya dengan baik maka kita tidak bisa mengendalikan cost,” ujar dia kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Dari sisi produktivitas, perseroan pada tahun lalu sudah meluncurkan tiga bibit unggul. Ketiga bibit ini merupakan hasil riset tim R&D perseroan selama 10 tahun dan sudah mulai bisa diaplikasikan di area replanting perseroan.
“Produktivitas dari bibit-bibit ini yakni 30 ton per ha per tahun dan menghasilkan minyak 9 ton/ha/tahun. Kami juga akan mereplanting tanaman-tanaman Setiap tahunnya 2,5% kebun kami atau sekitar 5.000-6.000 ha secara bertahap sepanjang tahun,” ujar dia.
Sebagai informasi, perseroan pada tahun ini juga akan mengembangkan partnership dengan penerimaan buah luar. Adapun komposisi inti dan plasma perseroan saat ini 59% dan 41% buah luar. Komposisi ini akan terus dioptimalkan ke depannya.
Adapun pada tahun ini perseroan merasa optimistis mampu mempertahankan kinerja yang positif termasuk dalam aspek produksi. Meski pandemi belum berlalu, perseroan menjamin operasional di semua perkebunan perusahaan beijalan normal dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat.
Sementara dari sisi harga, permintaan minyak sawit di pasar global dan domestik yang tinggi diperkirakan menjaga stabilitas harga pada tahun ini. Namun, ada tantangan lain yang harus dihadapi yaitu pengenaan bea keluar (pajak ekspor) dan pungutan ekspor (CPO fund) yang keduanya ditetapkan dengan tarif progresif. Dengan total tarif BK dan levy yang mencapai US$ 371 per metrik ton, membawa konsekuensi harga CPO tidak sepenuhnya dinikmati oleh perusahaan. (bil)
Sumber: Investor.id