Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO) Indonesia ke Uni Eropa (UE) berpotensi meningkat, karena lebih berdaya saing dibandingkan minyak nabati lain di kawasan itu. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan terus menghadapi kebijakan Uni Eropa yang berusaha menahan ekspor CPO Indonesia.
“Dengan jumlah 27 negara, kalau Eropa tidak mengenakan trade measure, pajak, dan instrumen lain, ekspor CPO ke kawasan itu bisa tiga hingga empat kali dari yang kita jual ke India dan Tiongkok. Mereka merupakan pabrik komoditas yang besar sekali. Bisa dibayangkan semua cokelat, makanan, pembersih, sabun, menggunakan CPO yang lebih murah dan efisien dibandingkan minyak-minyak lain,” kata Lutfi dalam webinar Strategi Perdagangan Internasional dan Upaya Indonesia Meningkatkan Perannya di Global Value Chain yang diadakan MM FEB UI, Senin (26/4).
Sebelumnya, Indonesia telah meratifikasi Indonesia-EFTA CEPAyang diyakini akan mempermudah ekspor CPO ke negara-negara Eropa yang tergabung dalam EFTA. Saat ini, Lutfi mengatakan, selain memperjuangkan CPO di Badan Sengketa WTO, pemerintah menyelesaikan Indonesia-Uni Eropa CEPA. Lutfi menilai, jika proses penyelesaian Indonesia-UE CEPA bernilai 10, saat ini prosesnya di posisi lima.
“Mudah-mudahan lima yang akan datang bisa lebih cepat. Eropa memiliki kebijakan yang berubah-ubah, tetapi kita tunggu saja. Kalau kita lihat, meskipun kita negosiasi CEPA, kita juga punya dispute sama mereka yang sedang diselesaikan di Badan Sengketa WTO. Saya yakin, barang kita lebih produktif, efisien, dan murah,” ucap Lutfi.
Industri TPT
Di sisi lain, Kemendag menilai, ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) masih berpeluang untuk terus ditingkatkan. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Kasan Muhri mengatakan, meski sudah membaik dari dampak pandemi Covid-19, ekspor TPT belum sepenuhnya pulih. Saat ini, ekspor TPT Indonesia baru 1,7% dari total ekspor TPT dunia.
“Saya kira ini tantangan kita semua, karena selama ini, yang kami pahami, TPT kita khususnya pakaian jadi sangat baik dan kompetitif. Sementara itu, para pesaing seperti Tiongkok, Bangladesh, Vietnam, dan India tetap perlu kita waspadai,” kata Kasan dalam webinar Kebijakan dan Potensi Pasar Ekspor TPT, Senin (26/4)
Menurut dia, saat ini, TPT Indonesia rata-rata diekspor ke negara Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok. Meskipun TPT sudah masuk 10 besar komoditas dengan nilai ekspor tertinggi, Kasan memandang, negara tujuan ekspor TPT Indonesia belum sebesar pangsa pasar ekspor TPT negara-negara Asia lain.
Dia menilai, ketidakpastian penanganan Covid-19 di berbagai negara masih menjadi tantangan yang dihadapi untuk mengekspor TPT. Hanya saja, kondisi pandemi Covid-19 sebetulnya juga bisa dimanfaatkan. Contohnya, eksportir furnitur ke AS yang pendapatannya justru bisa meningkat selama pandemi ini, karena banyak orang yang membeli furnitur untuk mem-buat kerja dari rumah semakin nyaman.
Sementara itu Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) meminta pemerintah membantu menjaga pangsa pasar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri yang terdampak pandemi Covid-19. Sekretaris Jenderal GPEI Toto Dirgantoro mengatakan, pandemi Covid-19 sempat mengganggu pasokan dan permintaan TPT, baik dari pasar lokal maupun ekspor yang biasanya ditujukan ke Amerika Serikat, Jepang, Turki, Jerman, dan Tiongkok. (sny)
Sumber: Investor.id