JAKARTA-Indonesia justru berhasil meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit ke Uni Eropa (UE) pada 2020 di tengah sengketa perdagangan yang disebut Indonesia sebagai diskriminasi sawit. “Perdagangan kita turun cukup signifikan yakni 114 dalam 10 bulan pertama 2020 dan itu dapat dipahami (terkait situasi krisis Covid-19),” Duta Besar UE untuk Indonesia Vincent Piket, Rabu (13/1).
Perdagangan Indonesia-UE diwarnai perselisihan soal minyak kelapa sawit pada 2019, setelah blok itu membuat kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II) dan Delegated Regulation yang disebut akan dapat membatasi akses masuk produk-produk bahan bakar hayati yang dinilai tidak bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan (unsustainable crop based biofuels), termasuk minyak sawit. “Indonesia bertahan surplus, kebanyakan berkat keberhasilan negara ini dalam ekspor minyak kelapa sawit ke UE, yang faktanya naik sebesar tak kurang dari 274 secara nilai dan 104 secara volume,” ujar Piket.
Namun demikian, dalam Pertemuan ke-23 Tingkat Menteri Asean-UE awal Desember tahun lalu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi kembali meminta UE untuk memperlakukan produk kelapa sawit Indonesia dengan adil. “Indonesia tidak mengorbankan kelestarian lingkungan hanya untuk mengejar pembangunan ekonomi,” kata Retno dikutip dari keterangan pers Kementerian Luar Negeri RI pada 1 Desember 2020.
Sebelumnya, Indonesia telah menyampaikan gugatan mengenai isu kelapa sawit kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), 9 Desember 2019 dan prosesnya masih berjalan hingga sekarang. Sementara dalam pernyataan pers awal tahun ini, Dubes Piket menyebut bahwa kenaikan angka ekspor minyak kelapa sawit di atas adalah suatu bukti yang sangat jelas bahwa pintu UE masih terbuka bagi komoditas alam Indonesia dan juga minyak kelapa sawit.
UE juga menyatakan tidak mempunyai target khusus untuk waktu penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (-EU CEPA) dan memastikan bahwa isu minyak sawit masuk ke dalam pembahasannya. UE akan menunggu sesuai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perundingan, kendati pihaknya sama seperti Indonesia juga menginginkan CEPA segera disepakati. (Tl/ant)
Sumber : Investor Daily