Jakarta, CNBC Indonesia – Pengusaha kelapa sawit mengincar potensi kerja sama dengan Amerika Latin, Kolombia dan Peru, terutama untuk pengembangan biodiesel. Selama ini industri sawit masih fokus pada pasar-pasar tradisional seperti Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa.
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan peluang pasar di Peru maupun Kolombia, terbuka kerja sama untuk pengembangan sawit dari hulu ke hilir. Apalagi keduanya mulai menerapkan B5 dan B10 dalam serapan energinya.
“Dari biofuel, mereka ingin ada kerja sama dengan kita. Peru dan Kolombia misalnya, mereka ada kebun sawit dan mereka ingin ada hilirisasi, ini yang bisa dikerjasamakan,” kata Paulus, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya pengusaha sawit kedua negara tersebut ingin Indonesia investasi di sana, terutama dengan pengalaman Indonesia pada pengembangan biodiesel.
Paulus menilai investasi di Amerika Latin pun bisa membuka pasar yang selama ini sulit dimasuki Indonesia, misalnya AS dan bagian Amerika Utara lainnya. Pemerintah Kolombia pun menunjukkan keseriusan mengembangkan sawit, dengan menyiapkan 43 juta hektare lahan.
“Pemerintah Kolombia mendorong rakyat mereka yang tadinya menanam koka untuk beralih ke sawit. Palm oil salah satu program pemerintah,” katanya.
Sebelumnya Direktur Eksekutif LPEI Shintya Roesli mengatakan sektor Tekstil dan infrastruktur menjadi sektor andalan dalam membangun kerja sama dan investasi dengan Amerika Latin dan Karibia. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI/Indonesia Eximbank) mencatat ekspor Indonesia ke kawasan tersebut hanya sekitar 0,5%, dan masih sangat terbatas.
Dia mengatakan meski baru sedikit, namun peluang investasi dan kerja sama perdagangan masih terbuka lebar. Dalam beberapa tahun ke depan, produk tekstil bisa menjadi andalan untuk menjangkau pasar Amerika Latin-Karibia.
Produk-produk yang selama ini menjadi andalan menjangkau negara tersebut seperti minyak sawit (crude palm oil/CPO), tekstil, produk olahan kayu, kertas dan bubur kertas, serta produk pertambangan.
“Masih ada ruang untuk meningkatkan kerja sama, Indonesia juga bisa membuka perdagangan produk pertanian dan perkebunan, baja, ataupun komoditas lainnya,” kata Shintya, Rabu (15/10/2019).
Yang tidak kalah potensial yakni kolaborasi proyek infrastruktur untuk pembangunan wilayah tersebut. Shintya menyebutkan di Chile misalnya sudah ada kolaborasi pembangunan infrastruktur dengan perusahaan Indonesia.
Source : https://www.cnbcindonesia.com/news/20191015195452-4-107283/pengusaha-sawit-ri-siap-menginvasi-pasar-amerika-latin