PALANGKA POST, Pangkalan Bun – Manfaat keberadaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalteng, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) diakui memang membawa berbagai manfaat yang bisa diraskan langsung oleh masyarakat.
Mulai dari adanya pembangunan infastruktur yang sebenarnya merupakan pendukung hingga meningkatnya perekonomian masyarakat yang juga turut membuka usaha perkebunan kelapa sawit secara pribadi.
Seperti yang diungkapkan oleh Amir Hamzah (68 tahun) warga Jalan GM Arsyad Gang Walut, Kelurahan Baru, Pangkalan Bun yang merupakan Ketua Kelompok Tani Umpang Sejahtera.
Ia menceritakan sebelum mengikuti program Income Generating Activity (IGA) dari PT Gunung Sejahtera Dua Indah (GSDI) sekitar tahun 2007, ia peladang berpindah dengan penghasilan pas-pasan.
“Namun sekitar tahun 2007, saya ditawarkan untuk mengikuti program kemitraan yang dikenal dengan program IGA. Itulah yang menjadi cikal bakal saya turut bercocok tanam kelapa sawit,” jelasnya.
Menurutnya, setelah ia menggeluti usaha dibidang perkebunan kelapa sawit, lambat laun membawa perubahan ynag positif dari segi perekonomian.
“Alhamdulillah tahun 2016 lalu saya dan isteri berhasil menunaikan ibadah haji. Kemudian anak saya juga bisa melanjutkan pendidikan kejenjang universitas,” ujarnya.
Walau demikian, lanjutnya, kesuksesan bercocok tanam kelapa sawit juga tidak serta merta didapatkannya secara instan.
“Agar mendapatkan hasil maksimal, tentunya kita harus merawat kebun sawit secara telaten. Selain itu kita juga dituntut kesabaran dan kehati-hatian menata keuangan, terutama saat harga sawit sempat anjlok selama beberapa bulan yang pernah terjadi beberapa waktu lalu,” jelas Amir.
Lain lagi pengalaman yang dijalani olehPuguh Handoko (40 tahun) Ketua Kelompok Tani Mulya Desa Sidomulyo Kecamatan Pangkalan Banteng. Warga transmigrasi yang ikut orang tuanya mengadu nasib di Kabupaten Kobar sekitar tahun 1986 ini, menceritakan pengalamannya dalam hal bercocok tanam kelapa sawit.
“Dulu orang tua saya bercocok tanam karet . Namun lama kelamaan tanaman karet milik saya terkena penyakit jamur akhirnya produksi getah karet semakin berkurang. Ditambah lagi kami tidak memiliki dana cukup untuk melakukan replanting atau peremajaan tanaman karet yang sudah tidak produktif lantaran berusia sekitar 25 tahun jelas Puguh.
Untunglah, lanjut Puguh , sekitar tahun 2014 ia dan beberapa rekannya mendapat bantuan kemitraan IGA dari PT GSDI.
“Bila dibandingkan saat kami masih menanam karet dibandingkan dengan menanam sawit , kami rasa sawit lebih menguntungkan secara ekonomi. Alasannya kami mendapatkan banyak pilihan untuk menjual buah sawit keberbagai pabrik , lantaran keberadaanya lumayan banyak di Kabupaten Kobar. Nah sedangkan pabrik pengolah karet tidak ada disini. Jadi kami harus mengeluarkan biaya lebih untuk menjual ke daerah lain,” jelas Puguh.
Ia mengakui, awalnya banyak rekan-rekannya masih enggan mengikuti langkahnya untuk menanam sawit.
“Tetapi saat tanaman karet mereka terkena wabah penyakit jamur dan akhirnya tanaman tersebut mati, barulah mereka memcoba untuk menanam sawit. Ditambah lagi bantuan kemitraan IGA dari PT GSDI yang turut membantu penamanab sekitar 47 hektar kebun sawit masyarakat, beban mereka untuk bercocok tanam sawit menjadi lebih ringan,” jelas Puguh.
Selain itu dengan bercocok tanam sawit, lanjut Puguh, masyarakat mempunyai kesempatan untuk bekerja dalam bidang usaha lain.
“Lantaran dalam sebulan, kami hanya dua kali bekerja dengan ekstra yaitu saat panen. Sedangkan saat bercocok tanam karet, kami harus setiap hari bekerja guna menyadap getah karet tersebut. Sehingga saat menanam sawit, banyak masyarakat yang mengisi waktu disela panen sawit dengan berdagang atau berkebun palawija. Hasilnya lumayan untuk tambahan pendapatan keluarga,” jelas Puguh.
Saat ditanyakan apa yang didapatkannya dari hasil berkebun sawit, dengan mata berbinar Puguh memberikan jawabannya. “Saat ini tingkat perekonomian kami dan beberapa rekan yang berkebun sawit menjadi lebih meningkat. Selain itu saya juga berhasil mengantarkan anak saya untuk berkuliah di Instiper Yogyakarta,” pungkasnya. *