Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya
Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Eko Marsoro mengatakan bahwa minyak kelapa sawit masih menjadi salah satu komoditas utama ekspor Kalteng.
“Komoditas utama ekspor Kalteng selama April 2024 adalah batu bara pada kelompok bahan bakar mineral, minyak kelapa sawit pada kelompok lemak dan minyak hewani/nabati, serta ada bijih zirconium, niobium dan tantalum pada kelompok bijih, kerak dan abu logam,” kata Eko pada Sabtu, 22 Juni 2024.
Dibanding bulan sebelumnya, lanjut Eko, terjadi peningkatan dan penurunan nilai ekspor pada sejumlah kelompok komoditas.
“Peningkatan terbesar terjadi pada kelompok bahan bakar mineral sebesar US$29,74 juta atau naik 11,74 persen dan disusul oleh kelompok karet dan barang dari karet sebesar U$1,80 juta atau naik 146,34 persen,” tutur Eko lagi.
Sebaliknya, penurunan terbesar menurut Eko terjadi pada kelompok lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$15,76 juta atau turun 39,77 persen.
“Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya atau year on year, sejumlah golongan barang mengalami penurunan nilai ekspor yang cukup tinggi pada April 2024, kecuali kelompok pakaian jadi bukan rajutan,” jelasnya.
Penurunan nilai ekspor year on year terbesar, katanya, terjadi pada kelompok bahan bakar mineral senilai US$171,21 juta atau turun 37,20 persen kemudian diikuti oleh kelompok lemak dan minyak hewani/nabati mengalami penurunan nilai ekspor terbesar, senilai US$30,60 juta atau turun 56,18 persen.
“Dilihat secara kumulatif, nilai ekspor pada Januari-April 2024 turun sebanyak US$555,63 juta atau turun 27,37 persen dibandingkan pada periode Januari-April tahun lalu,” katanya.
Penurunan ini kata Eko disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor sejumlah kelompok barang. Kelompok bahan bakar mineral mendominasi penurunan ini dengan penurunan senilai US$453,68 juta atau turun 27,28 persen.
“Penurunan nilai ekspor juga terlihat pada kelompok lainnya seperti kelompok bijih, kerak dan abu logam, kelompok kayu dan barang dari kayu, kelompok karet dan barang dari karet, kelompok garam, belerang, kapur,” jelas Eko.
Sementara itu, kelompok lemak dan minyak hewani/nabati, kelompok ampas, sisa industri makanan, kelompok pakaian jadi bukan rajutan serta kelompok ikan dan udang mengalami peningkatan pada periode tahun ini.
Sumber: Borneo News