Komitmen PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) terhadap kelestarian alam tidak perlu diragukan lagi. Astra Agro memiliki program Koridor Hijau yang merupakan upaya perusahaan untuk memastikan bahwa di tengah produksi perkelapasawitan, kehidupan liar tetap terjaga kelestariannya. Salah satu anak perusahaan Astra Agro, PT Agro Menara Rachmat (AMR) misalnya, selain menggarap kebun sawit seluas 7.448 hektar (ha), mengelola kawasan konservasi seluas 537 ha.
Bagas Qurhanto, Asisten Konservasi AMR mengatakan area konservasi seluas 537 ha tersebut didominasi oleh hutan rawa yang lebih sering terendam, dengan total 365 species baik tumbuhan maupun satwa di dalamnya.

“Di sini semua hewan maupun tumbuhan dibiarkan tumbuh alami,” kata Bagas Qurhanto, kepada para jurnalis yang mengunjungi Kawasan Konservasi AMR, di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Kamis (30/10/2025). Kunjungan tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Talk to The CEO Astra Agro yang digelar di Pangkalan Bun, Kalteng, 28-31 Oktober 2025.
Bagas mengungkapkan bahwa hutan hijau AMR bukan hanya sekadar bentang alam yang tersisa dari pembukaan lahan, melainkan jantung konservasi yang dijaga dan dipelihara sebagai tempat berbagai flora dan fauna tetap hidup dan bertumbuh dalam keseimbangan.

Ia menegaskan bahwa menjaga kawasan yang luasnya lebih dari 7% luas kebun ini bukanlah sekadar formalitas. “Kami tidak hanya menjaga, tapi juga mempelajari, meneliti, apa saja yang terkandung di dalamnya,” ujar Bagas.
Kawasan hijau yang berlokasi di Kecamatan Arut Selatan ini mencakup tiga desa, yaitu Desa Runtu, Umpang, dan Sungai Bengkuang. Bagi AMR, area konservasi tersebut bukan sekadar pemenuhan regulasi namun manifestasi komitmen. Karena itulah AMR tak sekadar membiarkan area tersebut tidak diganggu, melainkan dijaga, dan bahkan diteliti.

Bagas mengatakan bahwa untuk memahami dinamika ekosistem di dalamnya, tim konservasi AMR memasang camera trap di sejumlah titik yang diperkirakan banyak dilalui aneka satwa. Kamera ini menggunakan sensor gerak untuk mengambil secara otomatis foto atau video saat ada hewan melintas.
Hasilnya bukan sekadar foto-foto menarik, namun sekaligus data ilmiah tentang keanekaragaman satwa yang hidup di sana. Mulai dari burung enggang, elang dan berbagai jenis burung kecil, beruang madu, ular, bekantan, hingga berbagai jenis primata yang masih aktif melintas di bawah kanopi pohon-pohon besar, termasuk tarsius si primata noktural mini.

Chief Agronomi & Sustainability Officer Astra Agro Lestari, Bandung Sahari, menuturkan bahwa hewan-hewan tersebut bebas berkeliaran di kawasan konservasi, dan kalau lagi beruntung dapat dilihat. “Kawanan bekantan misalnya, kalau pagi atau sore, dengan mudah dijumpai, bahkan di mulut area konservasi,” ujar Bandung. Bekantan memang gemar bermain dekat sumber air. Sedangkan area konservasi tersebut merupakan riparian zone alias terletak di tepi aliran air alami.
Selain fauna, pengamatan juga dilakukan terhadap jenis-jenis tumbuhan endemik dan kondisi penutup tanah. Diperoleh kesimpulan bahwa hutan konservasi ini memiliki keanekaragaman struktur dan komposisi tanaman yang unik dan langka, seperti meranti rawa Shorea balangeran, Eusideroxylon zwagery, Ubar myrtaceae, dan sebagainya.

“Blangiran adalah jenis pohon yang paling mendominasi atau banyak ditemui di hutan AMR, blangiran atau meranti rawa ini pohon kayu. Pohon ini juga yang kita budidayakan, jadi kita ambil anakannya dari hutan, setelah kami lakukan pembibitan kami tanam kembali di areal konservasi,: jelas Bagas.
Bandung menambahkan, meranti rawa dibudidayakan di AMR karena merupakan pohon endemik. “Di dunia meranti rawa hanya ditemukan di Kalimantan dan Sumatera dengan status konservasinya adalah kritis,” ujar Bandung.
Selain blangiran, AMR juga berupaya mengembangkan pohon ulin. Pohon ulin adalah pohon kayu yang sangat keras dan dikenal juga sebagai kayu besi karena kekuatannya yang luar biasa. Kayu ulin biasa digunakan untuk membuat badan kapal kayu. “Pohon ulin tumbuh lambat membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk mencapai bentuk atau besar sempurna,” ujar Bandung sembari menunjukkan pohon ulin kecil yang sudah ditanam sejak tahun 2011, masih saja kecil batangnya.
Adapun dari hasil identifikasi AMR, area konservasi ini menyimpan 136 spesies flora dan 229 spesies fauna. “Data ini menjadi dasar bagi perusahaan dalam merancang strategi konservasi berkelanjutan yang berbasis ilmiah,” imbuh Bandung

Satu hal yang sangat menarik, hutan konservasi AMR ini belakangan juga menjadi “laboratorium alam” bagi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Mereka datang untuk meneliti satwa, vegetasi, hingga dampak ekologis pengelolaan perkebunan terhadap kawasan konservasi. Hasilnya diramu dalam bentuk skripsi, yang mengantarkan mereka meraih gelar sarjana.
Upaya PT Agro Menara Rachmat merawat area konservasi ini menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit tidak selalu identik dengan hilangnya hutan. Dengan perencanaan yang matang dan komitmen terhadap keberlanjutan, keduanya bisa berjalan beriringan. Ini bukti bahwa konservasi tak harus berarti mengisolasi alam dari manusia, tetapi bagaimana manusia bisa menjadi bagian dari penjaga keseimbangan.
Sumber: benang.id
Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya










