Di balik hijaunya hamparan perkebunan kelapa sawit, tersembunyi ancaman mematikan yang mengintai dari bawah tanah. Ia bukan hama yang merusak daun-daun atau cuaca ekstrem yang menghambat proses penyerbukan, melainkan jamur Ganoderma Boninense. Diam-diam, cendawan itu menyerang akar, merambat sampai ke batang, dan membuat pohon sawit keropos dari dalam hingga roboh tak berdaya.
Ganoderma bukanlah jamur biasa, karena organisme itu penyebab utama penyakit busuk pangkal batang serta menjadi penyakit paling merusak pada tanaman kelapa sawit. Gejala awal dari penyakit ini biasanya seperti daun menguning, pelepah menjadi menggantung, dan pertumbuhan tanaman melambat. Kemudian jamur ini mulai menyebar melalui jaringan batang, hingga akhirnya tanaman akan mati secara perlahan.
Ganoderma mampu membunuh tanaman kelapa sawit dengan relatif cepat sehingga total populasi tanaman per hektar (SPH) akan turun drastis dan mengakibatkan penurunan produksi TBS yang signifikan. Penyakit busuk pangkal batang akibat Ganoderma adalah realita pahit yang menjadi risiko para petani dan perusahaan sawit dalam beberapa tahun terakhir.
Mengapa Penyebaran Ganoderma Sulit Dikendalikan?
Ganoderma itu seperti kanker bagi kelapa sawit, ia menyebar secara sistemik melalui tanah dan akar. Begitu tanaman terinfeksi, hampir mustahil untuk disembuhkan. Di sisi lain, infeksi oleh Ganoderma juga sulit dideteksi karena jamur ini menyerang ke pangkal batang yang berada dalam tanah.
Faktor kondisi perkebunan yang hangat dan lembap menyebabkan jamur ini tumbuh dengan subur hampir di seluruh wilayah yang menjadi sentra produksi kelapa sawit di Indonesia. Sehingga jika tidak dicegah sejak dini, Ganoderma dapat memengaruhi produktivitas perkebunan kelapa sawit, baik milik rakyat maupun yang dikelola oleh perusahaan. Satu pohon yang roboh bisa memberikan efek domino ke pohon-pohon lainnya bahkan ke seluruh areal perkebunan. Alhasil, risiko kerugian yang diderita juga terbilang besar serta dapat membahayakan kelangsungan perkebunan dalam jangka panjang.
Kerugian akibat Ganoderma bukan sekadar persoalan teknis perkebunan. Bagi petani sawit, penurunan produktivitas berarti berkurangnya penghasilan harian, yang langsung memengaruhi kesejahteraan penghidupan. Sementara bagi perusahaan perkebunan, kerugian produksi bisa mencapai jutaan ton TBS per tahun, yang berdampak pada rantai pasok, tenaga kerja, hingga kontribusi terhadap ekonomi lokal.
Dengan demikian, Ganoderma bukan hanya ancaman biologis, melainkan juga ancaman sosial dan ekonomi. Jika tidak dikendalikan, penyakit ini berpotensi melemahkan sektor strategis kelapa sawit yang selama ini menjadi salah satu penopang devisa negara dan sumber penghidupan jutaan orang.
Inovasi Astra Agro Tangkal Penyebaran Ganoderma Melalui Bibit Unggul
Penyebaran Ganoderma yang meresahkan industri mendapatkan perhatian khusus oleh PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro). Hal tersebut yang mendasari tim Research and Development (R&D) Astra Agro menganggap perlu memperbaharui varietas unggul sebelumnya dengan menambahkan keunggulan yang tahan terhadap Ganoderma.Astra Agro melakukan riset yang mendalam terhadap jamur yang menggerogoti tanaman kelapa sawit. Setelah melakukan berbagai macam pengujian, riset serta pengembangan, Astra Agro berhasil menghasilkan tiga varietas bibit unggul sawit terbaru yang tahan terhadap penyakit Ganoderma.
Ketiga varietas tersebut diberi nama DxP AAL Nirmala MRG, DxP AAL Lestari MRG, DxP AAL Sejahtera MRG. Astra Agro merilis ketiga varietas baru ini setelah dinyatakan lulus Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan oleh Direkorat Jenderal Perkebunan di Bogor, Kamis 16 Mei 2025. Keunggulan paling utama dari varietas teranyar ini adalah moderat resisten atau tahan terhadap penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Ganoderma.
Keunggulan lainnya yang tidak kalah penting adalah mencegah masalah partenokarpi atau kerap disebut dengan buah kempet. Menariknya lagi bahwa tiga varietas terbaru ini tidak akan menghasilkan buah kempet, sehingga berpengaruh positif terhadap produktivitas yang dihasilkan.Demikian pula dengan sex ratio atau perbandingan bunga betina dengan total bunga yang ada. Sex ratio pada varietas terbaru ini cukup seimbang yakni sekitar 75% – 88% hal ini mampu mendukung penyerbukan secara alamiah di lapangan tanpa bantuan secara manual.
Meskipun memiliki keunggulan yang baru, tiga varietas ini tetap memiliki keunggulan-keunggulan pada varietas sebelumnya seperti produksi tandan buah segar (TBS) dan kandungan minyak yang lebih banyak. Sebagai informasi, total bibit yang dimiliki oleh Astra Agro mencapai 6 jenis. Sebelumnya pada 2020 Astra Agro telah berhasil menciptakan tiga varietas andalan untuk mendukung daya saing dan produktivitas kebun sawit yang diberi nama AAL Lestari, AAL Sejahtera, dan AAL Nirmala.
Direktur Perbenihan Perkebunan Kementerian Pertanian, Ebi Rulianti, dalam sidang pelepasan benih Astra Agro, menyatakan bahwa di Indonesia sudah dapat dipastikan tidak ada lahan atau tanah yang bebas dari Ganoderma, dan Varietas kelapa sawit DxP AAL Nirmala MRG, DxP AAL Lestari MRG, DxP AAL Sejahtera MRG, layak untuk dilepas atau lulus karena dinilai menjadi solusi dalam penanganan penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma boninense.
Menurutnya, penyakit ganoderma mungkin tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, tapi dampaknya bisa diminimalkan, adanya varietas baru yang dirilis oleh Astra Agro, harapannya perusahaan dan petani mampu memperoleh produksi yang optimal meski ditengah berkembangnya ancaman lain secara diam-diam dan tersembunyi, yakni ancaman Ganoderma.
Bagi Astra Agro menjaga kebun sawit dari ancaman ganoderma merupakan salah satu langkah untuk mendukung keberlanjutan, perusahaan ingin memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya mewarisi kebun sawit yang tangguh terhadap penyakit, tetapi juga lingkungan yang terjaga serta manfaat ekonomi bagi masyarakat. Inilah bagian dari komitmen perusahaan untuk terus tumbuh bersama bangsa, dengan menjaga alam sekaligus memelihara harapan.










