Di antara jalan-jalan tanah merah dan pepohonan rindang di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, Desa Muara Delang pelan-pelan menata masa depannya. Desa ini tidak menunggu bantuan datang dari luar, Ia bergerak dengan kesadaran bahwa perubahan harus lahir dari dalam.
Di tengah upaya masyarakat memperkuat pondasi lokal, kehadiran mitra strategis tetap memegang peranan penting. Di titik itulah PT Sari Aditya Loka (SAL), anak usaha Astra Agro Lestari menempatkan dirinya. Bukan sebagai penyedia solusi, tapi sebagai mitra perjalanan.
Melalui forum kecil yang tak selalu gemerlap berupa Focus Group Discussion (FGD), PT SAL menjalin percakapan dengan masyarakat dan Pemerintah Desa Muara Delang. Diskusi itu tidak hanya rutinitas atau pemenuhan kewajiban perusahaan. Tetapi, sebagai ruang refleksi bersama, tempat di mana potensi desa dipetakan, data sosial dibuka lebar, dan mimpi pembangunan diletakkan di atas meja.
“Program FGD ini sangat membantu desa dalam menentukan arah pembangunan yang tepat sasaran, hampir mirip dengan pendekatan desa kawasan,” kata Haidir, Kepala Desa Muara Delang.
Ia merasa bersyukur mendapatkan pendampingan dari PT SAL di setiap perjalanan mereka. “Selama ini, kami merasakan kontribusi CSR PT SAL yang nyata dan berkelanjutan,” ungkapnya menyebut tanggung jawab sosial perusahaan.
Di tengah gempuran narasi pembangunan yang sering kali identik dengan proyek fisik, PT SAL mengambil jalur yang lebih senyap namun strategis. Konsep yang bisa jadi terdengar abstrak, tapi dalam praktiknya, mengandung proses membuka ruang: ruang untuk belajar, bertanya, menyusun rencana, hingga menata ulang cara pandang masyarakat terhadap sumber daya di sekitar mereka.
“Fasilitasi bukan hanya tentang bantuan. Ia adalah proses pendampingan yang membuka peluang bagi masyarakat untuk menyadari potensi, memahami tantangan, dan mengambil tindakan,” ungkap Asisten Sustainability PT SAL, Slamet Riyadi.
Slamet menyebut bahwa fasilitasi bisa berupa pendamping, relawan, penyuluh, hingga pelatihan-pelatihan sederhana, yang secara perlahan tapi pasti mengubah cara masyarakat mengelola desanya sendiri. Di sinilah pembangunan bukan dipaksakan dari luar, melainkan tumbuh dari dalam.
FGD ini berbasis pendekatan pemetaan sosial, menggali kondisi sosial budaya, kapasitas sumber daya manusia, hingga potensi ekonomi lokal. Desa Muara Delang, kini makin konsisten dalam menyusun arah pembangunan berbasis evidensi dan partisipasi.
Yang menarik, diskusi itu juga menyentuh isu-isu krusial namun sering terabaikan, seperti bagaimana memastikan penggunaan dana desa tepat sasaran, bagaimana membangun tanpa kehilangan identitas lokal, dan bagaimana menjaga agar semangat gotong royong tak tergerus oleh pendekatan transaksional.

Di sinilah model fasilitasi ala PT SAL menjadi signifikan. Ia tidak mengatur, tidak menuntut. Sebaliknya, ia hadir sebagai ruang belajar bersama yang menumbuhkan kepercayaan, sekaligus mendorong desa untuk mengartikulasikan kebutuhannya sendiri. PT SAL hadir tanpa mendominasi, mendampingi tanpa menggurui.
Kehadiran perusahaan di sekitar masyarakat memang kerap dinilai lewat jumlah bantuan yang diberi atau proyek yang dibangun. Namun PT SAL tidak berpikir dengan pola itu. Bagi mereka, membangun desa bukan soal seberapa banyak uang yang dikucurkan, tapi seberapa dalam dampak yang ditinggalkan.
Pendekatan ini sejalan dengan semangat pembangunan desa yang kini bergeser ke arah inklusif dan partisipatif. Pemerintah pusat mendorong desa untuk menjadi motor pembangunan, dan perusahaan seperti PT SAL memilih untuk hadir tidak sebagai nahkoda, tetapi sebagai navigator yang membantu desa menemukan jalannya sendiri.
“Kami tidak ingin mengambil alih. Kami ingin membersamai,” ucap Slamet.
Desa Muara Delang hari ini masih terus berproses. Tapi arah dan semangatnya mulai terasa berbeda. Ada kesadaran baru yang tumbuh, bahwa pembangunan bukan perkara proyek, melainkan proses. Bahwa mitra strategis tidak harus selalu hadir dengan alat berat atau baliho megah, tapi cukup dengan komitmen yang konsisten, dan ruang-ruang kecil untuk berdiskusi.
Dan di sanalah letak kekuatan sebenarnya dari program fasilitasi seperti yang dilakukan perusahaan perkebunan sawit Sari Aditya Loka: tidak menawarkan janji, tapi menumbuhkan harapan.

Sumber: Antara News
Penafian
Artikel ini mungkin berisi materi berhak cipta, yang penggunaannya mungkin tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta. Materi ini disediakan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan. Materi yang terdapat dalam situs web Astra Agro didistribusikan tanpa mencari keuntungan. Jika Anda tertarik untuk menggunakan materi yang memiliki hak cipta dari materi ini dengan alasan apapun yang melampaui ‘penggunaan wajar’, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari sumber aslinya










