Di tengah hamparan hijau kebun milik PT Lestari Tani Teladan di Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala, suara anak-anak membaca dengan lantang terdengar dari sebuah bangunan sederhana. Di sanalah Hasniati menjalankan perannya sebagai Kepala Sekolah SD Lestari Tani Teladan (LTT).
Tapi bukan hanya di dunia pendidikan Hasniati mengambil bagian perannya jauh melampaui itu. Ia adalah salah satu sosok perempuan tangguh yang membuktikan bahwa perempuan mampu berdiri sejajar di dunia kerja, bahkan di lingkungan yang selama ini didominasi oleh laki-laki.
“Bekerja dengan banyak rekan laki-laki tidak menjadi hambatan dalam pekerjaan saya.Kami saling belajar, saling mendukung dan yang terpenting, kami bekerja sama,” tutur Hasniati kepada media ini,Rabu,(23/4/2025).
Pernyataannya sederhana, namun mengandung makna besar. Bagi Hasniati, menjadi perempuan bukan alasan untuk membatasi diri. Justru, tantangan terbesarnya bukan datang dari rekan kerja laki-laki, melainkan dari peran ganda yang diemban sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karir. PT Lestari Tani Teladan, tempatnya mengabdi, menurutnya adalah salah satu contoh perusahaan yang memberi ruang besar bagi perempuan.
” Perusahaan kami memberikan kesempatan yang sama kepada semua karyawan untuk berkembang, tanpa membedakan laki-laki dan perempuan ,Keseimbangan adalah kunci dari semuanya,” ujarnya.
Banyak perempuan di perusahaan tersebut kini memegang posisi strategis sesuatu yang jarang dijumpai di sektor perkebunan beberapa dekade lalu. Tak hanya dari internal perusahaan, dukungan juga datang dari masyarakat sekitar. Masyarakat justru senang perempuan ikut bekerja di perkebunan. Bagi mereka, ini membuka lebih banyak lapangan kerja bagi anak-anak mereka, baik laki-laki maupun perempuan.
Budaya patriarki yang selama ini mengakar perlahan mulai bergeser. Di tempat Hasniati bekerja, tidak ada pekerjaan yang secara eksklusif diperuntukkan bagi satu gender.
“Kalau pekerjaan itu menjadi tanggung jawab saya, maka saya kerjakan. Sama seperti karyawan lainnya,” ucapnya tegas.
Hasniati juga menyoroti pentingnya kebijakan perusahaan yang berpihak pada kenyamanan dan keamanan karyawan perempuan. Tersedianya ruang laktasi di kantor dan tempat penitipan anak di emplasemen menjadi bentuk nyata dari perhatian perusahaan. Meski risiko kerja di perkebunan tetap ada, Hasniati merasa perusahaan cukup tanggap dalam menyiapkan perlengkapan keselamatan yang memadai.
Di hari Kartini ini, Hasniati seolah menjadi pengingat bahwa perjuangan emansipasi belumlah usai, namun sudah sampai di tempat yang dahulu terasa jauh dari narasi kesetaraan seperti di kebun dan sekolah pedalaman.
“Kami mungkin tidak berjuang seperti Kartini di masa lalu, tapi kami meneruskan semangatnya dengan bekerja, mendidik, dan menunjukkan bahwa perempuan bisa,” tuturnya.
Sumber: Rotari.id